INILAH.COM, Helsinki – Kini terjadi pergeseran minat konsumen terhadap telepon selular dari sebelumnya memburu handset kamera dan musik, kini sudah mengarah pada smartphone semacam BlackBerry dan iPhone. Uniknya lagi, perubahan tren ini justru terjadi di era krisis di tengah rontoknya penjualan ponsel kelas menengah. Apa yang terjadi?.
Tentu pengguna ponsel di Tanah Air juga ingin mengikuti tren dunia yang kian tergila-gila dengan ponsel lebar karya Research In Motion (RIM), BlackBerry (BB), dan tentunya iPhone dari Apple Inc.
Memang benar, pasar ponsel high-end saat ini didominasi produk dua . Research In Motion (RIM) dan Apple itu. Menurut hasil sebuah survei terbaru, pangsa pasar BlackBerry saat ini tertinggi dengan 41%, diikuti iPhone dengan 23% secara global.
Lonjakan permintaaan ponsel kelas ini, bermula ketika model ponsel 3G mulai menjamur pada Juli 2008. Sejak itu, harga smartphone makin terjangkau dan peluang itu ditanggapi dengan baik oleh RIM dengan BB-nya. Sekian lama berkecimpung, tahun ini BB sudah siap menguasai pasar smartphone dunia.
RIM bersaing ketat dengan Apple, apalagi produk yang mereka keluarkan lebih inovatif dan variatif. Pesona BB kian merambah dunia sejak pengguna BB paling tenar, Presiden AS Barack Obama, memohon Secret Service agar ia diperbolehkan terus menggunakannya. Meski dinas rahasia Gedung Putih itu menilai BB berpotensi mengancam keamanan sang presiden.
Selain keunggulan sejumlah fitur terkini, RIM juga memiliki trik untuk menggaet konsumen, yakni dengan membuat harga handheld mereka terjangkau. Dengan minimal Rp 3 juta, pelanggan sudah bisa membawa pulang satu perangkat BB. Beda dengan iPhone yang harus merogoh kocek lebih dalam lagi atau dua kali lipat BB. Sebab itulah jangan heran jika BB juga booming di Tanah Air.
Saat ini pangsa pasar terbesar ponsel adalah Asia, Timur Tengah, dan Amerika Selatan. Terbukti, industri ponsel membantu pertumbuhan ekonomi. “Pelanggan masih rela membayar mahal demi memiliki high-end handset atau smartphone meski perekonomian melemah,” ujar periset ABI Jake Saunders.
Demam smartphone global ini memang rezeki nomplok bagi BB dan iPhone. Namun tidak bagi empat besar vendor ponsel dunia, yakni Nokia, Samsung, LG, dan Sony Ericsson, yang justru merasakan pahitnya penjualan mereka. Secara keseluruhan, memang permintaan ponsel global meningkat 15-22% meski krisis ekonomi melanda, namun mereka tidak memetik keuntungan tersebut.
Salah satu yang membukukan kerugian di pasar ponsel mid-end adalah Sony Ericsson. Vendor yang menguasai 8,3% pasar ponsel mid-end global ini menurunkan prediksi penjualan menjadi 14 juta unit pada Januari-Maret 2009 karena melemahnya permintaan. Sebelumnya, mereka memprediksikan 15,5-21,8 juta unit pada periode tersebut.
Saham Sony Ericsson turun 8,7% pada penutupan perdagangan akhir pekan ini. Menurut analis eQ Bank Jari Honko, investor mulai meragukan kondisi pasar ponsel mid-end. “Meski menurut saya isu yang dihadapi Sony Ericsson lebih ke masalah internal mereka,” ujarnya kepada Reuters.
Angka itu juga membuat vendor kerjasama Finlandia-Jepang itu memprediksikan kerugian sekitar US$ 459 - US$ 526 juta para kuartal ini. Mereka sudah bersiap menutup buku dengan kerugian untuk kedua kalinya.
“Ini bencana, sebuah kerugian yang besar dan mereka mungkin saja kehilangan pangsa pasar. Sudah jelas ini berarti pasar semakin ketat dan menurut saya kerugian mereka masih akan lebih besar lagi,” ujar analis firma Redeye, Greger Johansson.
Apa yang terjadi pada Sony Ericsson ini tentunya menggambarkan sulitnya bertahan di pasar mid-end saat ini. Di antara empat besar, vendor inilah yang paling melemah dan membukukan banyak kerugian. Padahal mereka sudah berniat menjangjau pasar high-end dengan tipe Xperia X1.
Spesialisasi Sony Ericsson adalah ponsel menengah dengan keunggulan di kamera dan pemutar musik. Namun, keunggulan ini juga sudah mulai dicuri iPhone, yang menggabungkan semua fungsi musik yang dimiliki iPod dengan sebuah smartphone.
Fakta ini juga diakui oleh produsen chip ponsel terbesar dunia, Qualcomm. Permintaan chip untuk smartphone meningkat seiring dengan meningkatnya penjualan tipe ponsel ini. Mereka memprediksikan untuk 2009 akan mengalami peningkatan hingga 10-20%.
“Apalagi saat ini era internet nirkabel dan multimedia, sehingga permintaan ponsel high-end terus meningkat. Device 3G akan terus unggul dan konsumen akan bermigrasi dan beradaptasi ke pasar ini,” kata VP Qualcomm Jing Wang.
"Revolusi adalah langkah dari setiap episode hidup kita, manusia yang cerdas selalu mencari jati dirinya... aku pun demikian adanya, berusaha menjadi seseorang yang lebih baik setiap harinya...." Ingat!! jangan biarkan rasa takut membuatmu gagal berhenti mencoba.!!!!
Kini Eranya Blackberry & iPhone
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar